YESUS KRISTUS DAN ALLAH BUKANLAH SATU HAKIKAT

Jika Yesus Kristus Masih Berdoa kepada ALLAH dan Tunduk Kepada Kehendak-Nya, Mengapa Ada Manusia Yang Menuhankannya?

Jika Yesus Kristus Masih Berdoa kepada ALLAH dan Tunduk Kepada Kehendak-Nya, Mengapa Ada Manusia Yang Menuhankannya?

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku.

Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata.”

Qs. Al Maaidah (5) : 110

Yesus Kristus dan Allah Bapa bukanlah satu hakikat. Fakta ini adalah kenyataan yang tak terbantahkan. Tetapi para teolog penganut doktrin Tritunggal tetap menyakini Yesus Kristus adalah Putra Allah. Mereka berkata: “Yesus Kristus tidak mempunyai ayah yang bisa diketahui.” Ini tidak pernah terjadi pada anak keturunan Adam sebelum mereka. Benarkah Yesus Kristus diperanakkan oleh Allah?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, marilah menyimak kisah kedatangan malaikat Tuhan kepada Maria untuk memberitakan kelahiran Yesus, sebagai berikut:

Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”

Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadanya takhta Daud, bapa leluhurnya. Dan ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub selama-lamanya dan kerajaannya tidak berkesudahan.”

Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”

Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”

Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia. Lukas 1 : 26-38

Kisah tersebut telah menegaskan bahwa proses kelahiran Yesus adalah mutlak terjadi karena kekuasaan Allah. Kuasa Allah menaungi Maria, kemudian dengan kuasa-Nya tersebut Allah membentuk janin Yesus dalam rahim Maria. Bagi Allah tiada yang mustahil, sebab Allah Maha Berkehendak lagi Maha Pencipta. Jika Allah hendak menciptakan sesuatu, maka Dia hanya berkata: “Jadilah, maka terjadilah ia.” Dalam kelahiran Yesus, Allah meniupkan Roh Kudus yang berasal dari-Nya kepada rahim Maria, seraya berfirman, “Jadilah!” Maka jadilah di dalam rahim itu janin Yesus.

Ketika malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putra) namanya AlMasih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia (sewaktu) dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang shalih.”

Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?”

Dia (malaikat) berkata, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya,  “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. Qs. Ali Imran : 45-47

Terkadang memang sulit untuk memahami dan mengakui kuasa Allah atas alam semesta. Sebab kadang kita dihadapkan pada hal-hal yang ajaib yang mustahil bisa dilakukan menurut pemahaman manusia. Termasuk kelahiran Yesus Kristus tersebut. Mungkin kita berpikir bahwa mustahil seorang perawan yang tidak pernah disentuh oleh lelaki bisa mengandung dan melahirkan seorang anak. Sebab dalam pemahaman kita seorang wanita tidak akan hamil sebelum bersetubuh dengan seorang laki-laki. Padahal bagi Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Kuasa tidak ada yang mustahil.

Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk Tuhan? Kejadian 18: 14

Kisah mengandungnya Maria tanpa disentuh seorang lelaki pun mungkin tidak masuk akal bagi manusia sehingga kita sulit mempercayainya. Di sinilah terjadi peperangan antara iman dan pikiran. Kalau kita beriman pasti kita akan menyakini kebenaran dan kekuasaan Allah. Namun tidak demikian jika kita berpikir, pikiran itu memang mampu mengukuhkan keimanan kita, tetapi tak jarang pikiran juga yang membuat kita semakin jauh dari Allah.

Namun hendaknya kita selalu berusaha untuk menundukkan akal pikir kita kepada kuasa Allah. Mungkin bagi kita sesuatu itu mustahil, tapi bagi Allah tiada yang mustahil. Awalnya, kita boleh tidak mudah percaya terhadap sesuatu, tetapi ketika telah jelas kebenaran sesuatu itu maka hendaknya kita beriman kepadanya. Sebab iman tanpa ilmu adalah kebodohan, sedangkan ilmu tanpa iman berbuah kesesatan.

Maria pun pada awalnya tidak mempercayai akan firman Allah yang disampaikan kepadanya. Ketika malaikat Tuhan menyampaikan firman Allah bahwa Maria akan melahirkan Yesus, maka Maria menjadi bimbang dan kurang percaya atas apa yang didengarnya tersebut; ia merasa tidak mungkin bagi dirinya mengandung dan melahirkan Yesus, sebab dia belum pernah disentuh oleh laki-laki. Namun ketika malaikat Tuhan berkata, “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil,” maka yakinlah Maria bahwa ia akan benar-benar mengandung dan melahirkan Yesus. Karenanya Maria pun berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Kelahiran Yesus benar-benar merupakan bukti kuasa Allah dalam menciptakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya. Allah berkuasa menciptakan sesuatu dengan asbab (hukum sebab-akibat), bertentangan dengan asbab, bahkan tanpa asbab. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Sungguh Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga,” berhentilah. Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Mahaesa, Mahasuci Dia dari mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung. Qs. Al Maaidah (5) : 171

Menyimak kisah kelahiran Yesus tersebut maka kita dapat menyimpulkan bahwa Yesus Kristus tidak diperanakkan oleh Allah. Kelahiran Yesus dari seorang Perempuan Suci merupakan bukti kekuasaan Allah. Kalaupun Yesus disebut Anak Allah, sebutan itu untuk menggambarkan kedekatan Yesus dengan Allah yang mengutusnya.

Tinggalkan komentar